Masa depan dan kehidupan manusia ke depannya memang tidak ada yang pasti dan tahu. Namun kita dianjurkan untuk selalu berusaha dan bersemangat dalam menjalani hidup untuk meraih yang diinginkan.
Setidaknya apapun hasilnya itu, selayaknya kita sudah mencoba untuk berusaha semaksimal mungkin meskipun akhirnya tak sesuai harapan.
Dari anda mungkin ada yang tidak kenal dengan produk dan merk dari sebuah pabrik produksi Kacang Garuda. Produk yang sudah lama ada di Indonesia ini bisa ditemui di toko-toko maupun swalayan di sekitar lingkungan anda.
Biasanya kacang ini disajikan dengan segala kegiatan dan aktivitas mulai dari teman piknik, nonton bola, hingga jadi salah satu cemian yang tak jarang dilewatkan saat bersantai maupun bersama keluarga dan teman.
Melejitnya Kacang Garuda ini tak lepas dari sosok Sudhamek Agoeng Soenjoto, Chariman PT Garuda Food yang memproduksi Kacang Garuda juga beberapa produk makanan lain seperti Bsikuit Gery, Kripik Leo, hingga minuman Clevo.
Sudhamek menjadi salah satu orang besar di Indonesia berkat bisnisnya. Kekayaan Sudhamek mencapai USD 745 juta dan tercatat di dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia Tahun 2019 versi majalah Forbes.
Perusahaannya juga berhasil menjalin kerjasama dengan perusahaan asal Jepang, yakni Suntory Beverage & Food untuk membuat perusahaan minuman non alkohol bernama PT Suntory Garuda Beverage pada Tahun 2011. Adapun OKKY Jelly, Good Mood, dan MYTEA adalah minuman produksi perusahaan tersebut.
Dalam membangun bisnis ini, Sudhamek tidak ditopang dengan punggung orang tuanya yang kaya raya. Ia sukses menjadi pebisnis besar berkat kepiawaiannya dalam berbisnis.
Nama Sudhamek dulu tidaklah sebesar hari ini. Namanya terbilang kecil dan tak jarang dihina oleh orang-orang disekitarnya.
Saat SMA, sesi absensi adalah hal yang menyakitkan bagi Sudhamek. Setiap namanya dipanggil, tawa dari kawan-kawannya akan mengikuti hanya karena nama yang melekat dengan dirinya dianggap aneh. Perundungan tersebut bukan hanya terjadi saat SMA saja. Sudhamek sudah menerima hinaan karena namanya sendiri sejak berada di bangku SD dan SMP.
Selain ditertawakan, Pria asal Rembang, Jawa Tengah, ini juga pernah pulang ke rumah dalam keadaan memar-memar. Hal ini terjadi karena Sudhamek berkelahi dengan kakak dari kawannya yang ia antarkan pulang.
Keluarga temannya ini kebetulan memiliki pabrik teh di Slawi. Sudhamek yang datang ke rumahnya tidak mendapatkan sambutan atau keramahan, melainkan rasa sakit hati dan amarah karena disebut “kere”, di situlah perkelahian tak dapat dihandiri.
Beruntung, Sudhamek adalah orang yang rendah hati. Hinaan-hinaan pahit yang ia telan di masa mudanya dijadikan sumber energi untuk membuktikan bahwa ia akan sukses dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Pendidikan adalah hal yang diprioritaskan oleh Sudhamek. Dengan dibiayai oleh ayahnya, ia berhasil berkuliah dan lulus dengan 2 gelar. Sudhamek diketahui berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, juga Fakultas Hukum di Universitas yang sama.
Lepas dari kuliah, Sudhamek memilih bekerja untuk orang lain di saat ia ditawarkan oleh ayahnya untuk menjalankan perusahaan yang ayahnya buat di Rembang. Penolakan tersebut dilakukan karena rasa sungkan Sudhamek kepada ayahnya yang sudah membantunya kuliah.
“Seperti yang dikutip dari artikel berjudul Kerap Dihina Kere, Pria Rembang Ini Kini Jadi Orang Terkaya di RI”, Sudhamek akhirnya bersedia untuk menggerakan bisnis keluarga yang sebelumnya dipegang ayahnya. Proses menggerakan bisnis tersebut terasa sulit, mengingat Sudhamek tidak memiliki ilmu bisnis sama sekali dari sang ayah karena 2 tahun setelah Sudhamek lulus kuliah, ayahnya berpulang.
Menjadi anak bungsu, menerapkan profesionalitas dalam menjalani sebuah bisnis keluarga bukanlah hal mudah. Konflik di antara anggota keluarga kerap terjadi dalam menjalani bisnis kacang tanah ini. Tapi, berkat kepiawaian Sudhamek yang terung meningkat seiring berjalannya waktu, dan bantuan dari ibunya, perseturuan dalam menjalani bisnis dapat pulih dengan segera.
Bisnis rumahan dengan nama PT Tudung, dan bergerak di bidang produksi tepung tapioka, berubah haluan menjadi perusahaan bernama PT Tudung Putrajaya dan memproduksi kacang kulit. Barulah di Tahun 1990 lahir nama Kacang Garing Garuda.
Saat pemerintahan orde baru di ujung tanduk, PT GarudaFood adalah salah satu perusahaan yang bertahan. PT GarudaFood dapat kokoh berdiri karena bisa mencengkram 70 persen pangsa pasar, di saat beberapa perusahaan lain harus hanyut diterpa krisis moneter.
Tahun 1998 juga adalah waktu di mana Sudhamek mendirikan perusahaan bernama PT GarudaFood Jaya, yang kemudian digabung dengan PT GarudaFood lalu menjadi PT GarudaFood Putra Putri Jaya.
Hari ini Sudhamek berhasil menjadi salah satu miliarder yang ada di Indonesia dengan kekayaan yang berlimpah. Hal tersebut mungkin tidak bisa ia capai seandainya ia tidak memiliki etos kerja dan juga kerendahan hati dalam menerima keadaan