“Tiada banyak pilihan. Jika dia tidak dimainkan, saya tidak tahu siapa yang akan ditempatkan di sana.”
Kalimat tersebut diucapkan Roy Hodgson saat memutuskan untuk memasang Aaron Wan-Bissaka di skuad utama Crystal Palace. Saat itu, Palace dilanda krisis cedera menjelang laga melawan Tottenham Hotspur pada Februari 2018.
Selang 16 bulan kemudian, mantan penyerang itu bergabung dengan Manchester United dengan nilai transfer sebesar 50 juta poundsterling atau Rp896,5 miliar.
Jumlah tersebut menjadikannya sebagai pemain bertahan termahal keenam sepanjang masa—suatu peningkatan luar biasa bagi punggawa tim U-21 Inggris itu.
Sesi latihan yang mengubah semuanya
Direkrut akademi Crystal Palace pada usia 11 tahun, Wan-Bissaka memulai kariernya sebagai pencetak gol dan awalnya “tidak suka bertahan”.
Namun, selagi berkembang di skuad muda Palace, dia berjuang keras untuk membuat para pelatih terkesan.
Kevin Keen—pelatih skuad utama Palace pada 2016-2017—berkata: “Saya melihat penampilannya oke, tanpa memperlihatkan sesuatu yang luar biasa.”
Ketika Palace kekurangan pemain pada 2016, Wan-Bissaka mendapat peluangnya. Dia dipanggil untuk mengisi kekosongan pada tim U-23, yang kekurangan bek kanan pada masa pramusim.
Dalam suatu sesi latihan, dia berhadapan dengan Wilfried Zaha, yang ketika itu kembali ke Palace setelah pindah sejenak ke Manchester United.
Sesi latihan itu terbukti mengubah hidupnya. “Itu adalah titik balik. Semua orang terkejut. Bisa menahan Wilf sungguh bermakna.”
Dilempar jauh ke belakang
Setelah mendapat posisi pada musim 2016-2017, musim 2017-2018 adalah terobosan bagi Wan-Bissaka. Pelatih Roy Hodgson menyebutnya “pembaptisan dengan api”.
Setelah gagal meyakinkan Hodgson untuk meminjamkannya ke klub luar, Wan-Bissaka justru melakoni debutnya di skuad utama pada 25 Februari—tatkala 12 pemain senior absen lantaran cedera.
Secara berturut-turut, Wan-Bissaka dipasang di lini belakang saat Palace menghadapi Spurs, Manchester United, Chelsea, dan Liverpool.
“Saya tidak gugup waktu itu karena saya telah menunggu kesempatan tersebut sejak lama,” kata Wan-Bissaka.
Dia mengakui bahwa menghadapi United “sedikit mengintimidasi” dan “pencapaian besar” melawan Paul Pogba.
Yang dia tidak ketahui, lebih dari setahun kemudian, Pogba akan menjadi rekan satu timnya.
Penampilan mumpuni Wan-Bissaka mendorong pelatih tim U-20 Inggris memanggilnya ke dalam skuad pada Maret lalu. Selang beberapa bulan kemudian, tepatnya pada Agustus lalu, giliran pelatih tim U-21 Inggris memasukkannya pada daftar pemain.
‘Permata milik Palace’
Meski tampil cemerlang pada musim 2017-2018, Wan-Bissaka tidak begitu baik pada permulaan musim 2018-2019.
Dia diberi kartu merah setelah menjatuhkan pemain Liverpool, Mohamed Salah. Meski begitu, dia keluar dari lapangan dengan diiringi tepuk tangan meriah.
Namun, kemunduran itu berlangsung singkat. Laga demi laga Wan-Bissaka terus bersinar sampai dia disebut “permata” dan “harus direkrut Manchester United”.
Di Crystal Palace, dia mendapat predikat ‘Pemain Terbaik Musim ini’. Tak hanya itu, keputusannya untuk kembali ke Sekolah Dasar almamaternya menunjukkan bahwa dia telah menjadi sosok panutan.