Hal itu diungkapkan Hasanah (26) salah seorang warga desa Jorongan Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo saat mengadku ke Yayasan Konsultasi dan Bantuan Hukum Bela Keadilan (YKBH-BK), Probolinggo, Minggu (6/10).
Hasanah menyebutkan bahwa suaminya saat ini tengah berada di Wamena dan tak bisa pulang. Bukan hanya karena tak memiliki dana untuk membeli tiket pulang, tapi disebutnya dari Wamena sejak beberapa hari yang lalu sudah tidak ada lagi pesawat yang dapat mengevakuasi ratusan warga pendatang ke Jayapura.
“Suami saya dan ratusan warga Probolinggo lainnya masih di Wamena. Mereka tak bisa pulang karena sudah tak ada lagi pesawat pengangkut yang terbang dari bandara di Wamena. Bandara di sana ditutup entah karena alasan apa. Kasian suami saya disana sudah tak punya apa-apa lagi,” ungkapnya.
Dijelaskannya bahwa selain ketiadaan pesawat angkut dari Wamena ke Jayapura, saat tiba di pengungsian pun dikeluhkannya bahwa sama sekali tidak ada perhatian dari Pemkab Probolinggo.
Menurutnya saat di pengungsian ibaratanya ratusan bahkan ribuan warga asal Jawa Timur seperti itik kehilangan induknya.
“Disaat pemerintah provinsi dan kabupaten dari daerah lain mendirikan posko pengungsian untuk mendata dan memulangkan warganya. Hanya pengungsi asal jawa Timur yang tak memiliki posko pengungsian. Akhirnya kami seperti dianak tirikan di pengungsian itu,” jelasnya.
Apa yang disampaikan Hasanah diperkuat oleh Muhammad Ishak (26) salah seorang pengungsi yang juga warga desa Jorongan. Dikatakannya dia dan Hasanah beruntung karena dapat pulang terlebih dahulu. Meski harus pulang dengan cara membeli tiket pesawat secara pribadi, “Keluarga saya di Leces jual beberapa ekor kambing untuk tiket kepulangan saya,” sebutnya.
Disebutkannya bahwa masih banyak warga kabupaten Probolinggo yang tertinggal di Wamena dan terlantar di pengungsian khususnya di Jayapura. Meski supalai makanan dan minuman disediakan oleh Pemkab setempat. Namun hal itu sangat tidak cukup, karena terus bertambahnya jumlah pengungsi meskipun mereka bukan berasal dari daerah Wamena.
“Situasi di pengungsian sungguh memprihatinkan. Tidak ada perhatian dari pemkab daerah Probolinggo ataupun dari provinsi. Meski katanya ada tim yang dikirim tapi mereka tidak kelihatan batang hidungnya. Hingga saya pulang Kamis malam,” sebutnya.
Dia pun meminta keseriusan Pemerintah Provinsi Jawa Timur lebih-lebih Pemkab Probolinggo untuk memperhatikan nasib warga mereka di perantauan. Karena ratusan warga yang ingin pulang itu sudah merelakan seluruh harta benda mereka disana untuk ditukar dengan kepulangan mereka ke Kabupaten Probolinggo, “Disana masih banyak warga kabupaten Probolinggo, tapi mereka kebingungan karena tak ada perhatian sama sekali dari daerah asalnya. Wajar kalau mereka iri dan berkeluh kesah di media sosial jika melihat warga yang dari Kota Probolinggo saja sampai di perjuangkan Walikotanya tapi untuk Kabupaten Probolinggo, sepertinya bupatinya acuh akan nasib mereka. Itu faktanya,” tegasnya.
Menanggapi hal tersebut Ketua Yayasan Konsutasi dan Bantuan Hukum Bela Keadilan (YKBH-BK) Jumanto mengatakan bahwa dalam hal ini Pemkab Probolinggo dengan sangat jelas dapat disebut mengabaikan warganya di tanah Papua. “Sudah sangat jelas Pemkab Probolinggo abai akan nasib warganya di Wamena. Kalau mereka peduli seharusnya mereka meresponnya dengan mengirimkan tim evakuasi untuk membantu proses pendataan dan pemulangan ratusan warganya di Wamena,” sebutnya.
Dikatakannya bahwa alasan tak punya data adalah alasan yang tak bisa diterima oleh akal sehat. Pasalnya warga kabupaten Probolinggo yang merantau di Wamena pastinya memiliki perkumpulan atau paguyuban tersendiri khusus untuk warga Kabupaten Probolinggo, “Kalau pemkab memang niat mengurus warganya disana, sebaiknya kirim tim evakuasi disana biar bisa kerja dan melakukan pendataan dan berkoordinasi terkait kendala pemulangan warganya. Jangan hanya menunggu hasil kerja Pemprov Jawa Timur,” katanya.
Bahkan dia menyebut kalau memang pihak pemkab tak kunjung serius dalam mengevakuasi warganya dari Papua, Jumanto menyebut pihaknya akan segera menggalang aksi sukarela untuk berangkat bersama ke Papua dan membantu proses pemulangan warga asal Kabupaten Probolinggo, “Kami yakin masih banyak warga kabupaten Probolinggo yang lebih peduli akan nasib saudaranya di Papua. Daripada membiarkan mereka telantar disana lebih baik kita datangi dan carikan cara untuk mereka pulang. Daripada hanya duduk manis disini dan menunggu data,” tandasnya.