Soal Indonesia impor ikan asin Taiwan, Menteri Susi Pudjiastuti semprot Wasekjen MUI Ustadz Tengku Zulkarnain.
Kicauan tersebut langsung mendapat respon dari Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi Pudjiastuti.

Membalas tweet Tengku Zulkarnain, Susi Pudjiastuti mempertanyakan berita yang dianggap sudah basi tersebut.
Setelah diamati, berita tersebut ternyata ditayangkan pada 25 Januari 2016.

Sontak perbincangan keduanya memancing reaksi netizen.
Ada netizen yang terpancing dengan tweet Tengku Zulkarnain dan mendukung ucapannya, ada pula yang menghujat karena menyampaikan berita lama.

Tak berhenti sampai di situ.
Anggota tim sukses pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden RI, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno itu kembali membuat tweet kedua soal impor ikan asin.
Tanpa menautkan akun Twitter Tengku Zulkarnain, Susi Pudjiastuti membagikan berita salah satu media berjudul “10 Negara Penghasil Ikan Terbesar di Dunia, Ada Indonesia!”.
Tuna hingga Lobster Indonesia Mulai Kuasai Pasar Dunia

Sebab, saat ini Norwegia telah mengimpor beberapa produk ikan laut seperti
barramundi, tuna, red snapper, makarel dan komoditi hasil laut lainnya
seperti kepiting, udang, cumi-cumi, lobster serta rumput laut.
Hal itu terungkap saat Todung Mulya Lubis berkujung ke perusahaan Importir Norwegia Sletten Norge AS (sektor seafood) dan Scanesia AS (produk makanan/minuman kemasan).
Dengan semakin gencarnya upaya pemberantasan IUU Fishing dan praktek penangkapan ikan (termasuk budidaya ikan) yang berkelanjutan, merupakan suatu keniscayaan komoditi hasil laut Indonesia akan semakin mendominasi pasar dunia di masa mendatang.
Dia menyampaikan, Indonesia dan negara-negara EFTA termasuk Norwegia dalam proses ratifikasi perjanjian IE-CEPA diharapkan dapat mengurangi hambatan tarif dan memperlancar arus barang, sehingga dapat meningkatkan ekspor Indonesia ke Norwegia.
untuk itu Todung mendukung perlunya promosi produk secara berkelanjutan di Norwegia, yang pada akhirnya mengukuhkan eksistensi branding produk dalam market-share di Norwegia.
Dia juga mendorong peningkatan laju investasi dari Norwegia ke Indonesia guna mendukung pembangunan kapasitas industri nasional yang berorientasi ekspor, sehingga berdaya saing tinggi dan dapat memenuhi permintaan pasar internasional.
Digagalkan Sementara itu, CEO SN-AS, Mani Sletten, menyampaikan informasi mengenai beberapa produk yang selama ini diimpor langsung dari Indonesia.
Dikatakannya proses pembersihan, pemotongan, pengepakan dan pendinginan/pembekuan komiditi tersebut dilakukan di Indonesia, selanjutnya dikirim ke Norwegia dengan kapal laut dengan volume rata-rata impor sekitar 10-20 ton per minggu.
SN-AS mendistribusikan produk yang diimpornya kepada para penjual grosir di seluruh wilayah Norwegia dan Nordik, serta negara Eropa lainnya.
Namun demikian, eksportir diharapkan dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas produknya, yang diketahui asalnya dan mempertahankannya , sehingga dapat memenuhi sertifikasi yang ditetapkan di Eropa, khususnya di Norwegia.
Selain produk ikan laut, importir asal Norwegia, Scanesia AS, juga mengimpor produk makanan/minuman kemasan dari Indonesia untuk dipasarkan di Norwegia, dan negara Nordik.
Beberapa produk makanan/minuman kemasan Indonesia yang diimpor antara lain, bumbu masak, sambal/kecap/saus, kacang KOKITA, mie instan dan sambal/kecap ABC, mie/spagheti kemasan dan sambal/kecap/bumbu sate BALI Kithcen, NU Green Tea, Exotico (minuman kemasan), Permen Jahe (Sina – Sidoarjo), Bon Cabe KOBE, jus buah (kemasan) ABC, dan sebagainya.
Data resmi Food and Agriculture Organization (FAO) melalui SOFIA pada 2016 menunjukkan bahwa terdapat 7,7 juta metrik ton tuna dan spesies seperti tuna ditangkap di seluruh dunia.
Di tahun yang sama, Indonesia memasok lebih dari 16 persen total produksi dunia dengan rata-rata produksi tuna, cakalang dan tongkol Indonesia mencapai lebih dari 1,2 juta ton pertahun.