Indonesia terus mengembangkan vaksin corona yang diberi nama Vaksin Merah Putih melalui tiga institusi yang ditunjuk, antara lain Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, PT Kalbe farma, dan PT Biofarma. Direktur Utama Biofarma, Honesti Basyir dalam konferensi pers virtual bersama media internasional mengatakan Kamis (16/07) siang, uji klinik vaksin ditargetkan dapat dilakukan tahun depan.
Kementerian Riset dan Teknologi telah membentuk konsorsium riset nasional untuk membuat bibit atau prototipe vaksin corona yang dipimpin oleh LBM Eijkman dan bekerja sama dengan kementerian terkait serta sejumlah institusi dan universitas. Selanjutnya Biofarma akan melakukan proses optimalisasi, uji klinik, hingga memproduksi massal setelah mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.
“Studi pra-klinis akan dilakukan di kuartal kedua tahun 2021, dilanjutkan dengan uji klinis tahap satu yang diharapkan dapat dilakukan di kuartal ketiga tahun 2021,” ujar Honesti.
“Kalau hasilnya (uji klinis) bagus, kita mungkin dapat menyediakn vaksin kepada masyarakat pada kuartal pertama tahun 2022,” lanjutnya.
Kerja sama dengan Sinovac
Honesty menjelaskan bahwa pihaknya juga bekerja sama dengan Sinovac Biotech, perusahaan biofarmasi asal Cina, dalam mengembangkan vaksin virus corona. Menurut Honesty, Sinovac dipilih karena kredibiltasnya dalam memproduksi sejumlah vaksin untuk lebih dari 30 negara di dunia. Salah satunya vaksin Hepatitis A yang sudah mendapat pengakuan atau lulus pre-kualifikasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).
“Siovac telah melaksanakan uji coba pertama kepada hewan bukan primata untuk vaksin COVID-19 dengan hasil yang menjanjikan dan telah dipublikasikan secara saintifik,” jelas Honesti.
Pada bulan Juni Sinovac mengumumkan bahwa uji klinis tahap satu dan dua tidak menemukan efek samping yang parah dan menghasilkan respons kekebalan pada 743 relawan yang sehat.
“Studi pre-klinis, uji klinis tahap satu dan dua telah selesai dilakukan. Sinovac tengah menyiapkan uji klinis tahap tiga di sejumlah pusat uji klinis di dunia,” papar Honesti.
Biofarma bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) mempersiapkan uji klinis tahap tiga tersebut, sambil terus berkoordinasi dengan BPOM.
Tambah kapasitas alat PCR
Selain mengembangkan vaksin corona, Biofarma juga memproduksi alat tes polymerase chain reaction (PCR). Dalam sebulan Honesti menyebut bahwa Biofarma memproduksi sebanyak 240 ribu alat tes.
“Kapasitas akan ditingkatkan menjadi 1,5 juta hingga 2 juta alat tes pada September 2020,” tutur Honesti.
Ia berpendapat alat tes PCR buatan dalam negeri memiliki keunggulan tersendiri. PCR buatan Biofarma dinilai mampu memeriksa whole genome sequence virus corona yang ada di Indonesia dan sesuai dengan yang telah dilaporkan kepada WHO. Meski Honesti mengakui masih ada beberapa material alat tes PCR yang menggunakan bahan impor.
“Keakuratannya akan 100 persen,” terang Honesti.
“Ini akan mempermudah untuk memperoleh alat tes diagnostik dan didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia,” pungkasnya.