Penambang skala kecil di Tanzania menjadi miliarder dalam waktu semalam setelah menjual dua batu langka Tanzanite, yang terbesar yang pernah ditemukan di negara itu. Begini profil batu permata langka tersebut.
Saniniu Laizer memperoleh Pound 2,4 juta (sekitar Rp 42 miliar) dari Kementerian Pertambangan negara itu untuk dua batu berharga, yang memiliki berat gabungan 15 kg itu.
Dikutip dari laman Gemological Institute of America (GIA), lembaga yang berfokus pada penelitian bebatuan, Kamis (24/6), batu ini ditemukan hanya di satu tempat di bumi, yakni Tanzania. Batu ini mengandung mineral Zoisite.
Tanzanite adalah penemuan yang relatif baru. Tiffany & Co menamakan jenis batu zoisit biru-ungu ini untuk menghormati Tanzania, tempat pertama kalinya batu ini ditemukan pada tahun 1967.
Keunikan batu ini, kristal-kristal Tanzanite memiliki warna yang berbeda, tergantung pada arah penglihatan. Para pemotong dapat membuat permata dengan berbagai warna dari biru ungu ke biru.
Tanzanite berkualitas tinggi bisa berwarna biru violet – mirip dengan warna safir halus – atau warna rona violet yang unik dan dominan. Beberapa batu juga mungkin tampak lebih keunguan tergantung pada cara pemotongannya.
Seperti dilansir BBC, Kamis (25/6), batu ini adalah salah satu batu permata paling langka di Bumi, dan seorang ahli geologi setempat memperkirakan pasokannya mungkin habis dalam 20 tahun ke depan.
Nilainya ditentukan oleh kelangkaan – semakin halus warna atau kejernihannya, semakin tinggi harganya.
Laizer menambang batu, dengan berat 9,2kg dan 5,8kg, minggu lalu, tetapi dia menjualnya pada hari Rabu lalu pada acara perdagangan di wilayah utara Manyara.
Sebelumnya, Tanzanite terbesar yang ditambang seberat 3,3 kg. Presiden John Magufuli menelepon untuk memberi selamat kepada Laizer atas penemuannya.
“Ini adalah keuntungan penambang skala kecil dan ini membuktikan bahwa Tanzania kaya,” kata presiden.
Magufuli berkuasa pada tahun 2015 dan berjanji untuk melindungi kepentingan bangsa di sektor pertambangan dan meningkatkan pendapatan pemerintah dari sektor itu.
Laizer, 52, yang memiliki empat istri, mengatakan akan memotong salah satu sapinya untuk merayakannya.
Dia juga berencana untuk berinvestasi di komunitasnya di distrik Simanjiro di Manyara.
“Saya ingin membangun pusat perbelanjaan dan sekolah. Saya ingin membangun sekolah ini di dekat rumah saya. Ada banyak orang miskin di sini yang tidak mampu membawa anak-anak mereka ke sekolah.”
“Saya tidak berpendidikan tetapi saya suka hal-hal berjalan secara profesional. Jadi saya ingin anak-anak saya menjalankan bisnis secara profesional.”
Dia mengatakan rezeki itu tidak akan mengubah gaya hidupnya, dan bahwa dia berencana untuk terus mengurus 2.000 sapinya.
Sumber :
news.detik.com